== Dalam “Science, Truth, and Democracy” (2001), filsuf sains Philip Kitcher menjabarkan visinya tentang peran yang seharusnya dimainkan sains dalam masyarakat demokratis. Ini adalah bagian dari catatan dan tanggapan saya dalam membaca bab pengantar dari karya tersebut. ==
Mengawali diskusinya tentang sains dan demokrasi, Kitcher
(2001) menjabarkan dua imaji atau angan-angan mengenai sains. Dalam imaji yang
pertama, sains adalah puncak pencapaian peradaban manusia. Sains modern
membebaskan manusia dari berbagai tahayul dan dogma lama yang mengukung
rasionalitas. Petir yang menyambar bukan lagi pertanda Zeus atau dewa Indra
yang sedang murka. Panen yang melimpah tidak lagi dianggap kemurahan hati dewi
Sri atau Demeter. Penyakit, kecelakaan, dan kematian tak lagi dianggap sebagai
akibat melanggar tabu atau lalai memberi persembahan bagi para dewa.
Dengan sains, manusia menyingkap kebenaran mengenai cara
alam bekerja. Yang tadinya misterius menjadi jelas dan terprediksi. Pengetahuan
yang dihasilkan sains menjadi landasan bagi teknologi untuk mengubah dan
mengendalikan lingkungan alami. Teknologi yang memerbaiki kondisi hampir semua
aspek kehidupan manusia. Namun sains hanya bisa bekerja jika ia dibebaskan dari
agenda partisan dari kelompok-kelompok ekonomi, politik, moral, dan agama.
Satu-satunya agenda sains adalah mengungkapkan kebenaran.
Imaji kedua merupakan kritik terhadap sains yang berasal
dari sebagian filsuf pascamodern. Dalam imaji ini, sains hanyalah mitos modern.
Pengetahuan ilmiah tak berbeda jauh dari doktrin agama dan mitologi kuno.
Semuanya adalah sistem keyakinan yang berfungsi melanggengkan struktur sosial.
Yang berkepentingan merawat sains/agama/mitologi adalah para mereka yang
kebetulan diuntungkan oleh struktur sosial yang ada. Salah satu contoh Kither
adalah proyek genome manusia. Bagi para kritikus sains, tujuan proyek tersebut
bukanlah untuk mengembangkan pengetahuan, melainkan agar pemodal besar bisa mendapat
keuntungan dengan menjual tes-tes genetik.
Saya sendiri condong pada imaji pertama. Bagi saya, kritik
pascamodern bahwa sains sebenarnya sama saja dengan agama dan mitos terdengar
konyol dan tanpa dasar. Memang betul bahwa sains tidak lepas dari nilai-nilai
moral yang mewujud sebagai kaidah-kaidah etis penelitian. Misalnya, peneliti
harus jujur dalam melaporkan temuan. Penelitian juga tidak boleh membawa dampak
buruk pada subjeknya. Singkat kata, memang ada nilai-nilai moral yang mengatur jalannya
penelitian. Namun dalam perumusan pertanyaan riset, interpretasi data, dan
pengambilan simpulan, sains tetap independen dari tata nilai budaya, agama,
kepentingan politik, dan ekonomi. Hanya dengan demikianlah sains bisa
menghasilkan pengetahuan objektif tentang alam.
Bagi Kitcher, “sains objektif” dan “sains sebagai mitos”
sama-sama imaji yang tidak realistis. Kitcher menjanjikan sintesis antara kedua
imaji ini, sintesis yang memertahankan kapasitas sains sebagai penghasil
pengetahuan objektif, yang sekaligus mengakui bahwa sains tidak bisa lepas dari
kepentingan masyarakat. Sintesis inilah yang menjadi landasan visi Kitcher
mengenai peran sains dalam demokrasi.
Pertanyaannya tentu bagaimana mungkin sains bisa objektif
bila agendanya ditentukan oleh nilai-nilai budaya dan kepentingan partisan? This
will be an interesting read.
No comments:
Post a Comment